Selasa, 17 Februari 2009

Fir'aun zaman modern di Indonesia??

Yogyakarta tanggal 17 Februari 2009, di sore yang tersaput mendung saat itu sekali lagi saya mendapatkan satu lagi pelajaran tentang makna hidup sebagai seorang anak manusia.
Di layar TV tersaji berita tentang adanya surat tertulis dari Manajemen PT. PERTAMINA yang berisi (pada intinya) mengingatkan para anggota DPR bahwa rapat antara BUMN minyak tersebut dengan anggota dewan sudah tidak proporsional dan tidak pada tempatnya, dalam artian yang dibahas bukan lagi agenda rapat yang direncanakan.

Tanggapan dari beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat “YANG TERHORMAT” menurut saya sungguh sangat mengejutkan. Ada suatu pernyataan yang menggugah keprihatinan saya, kira – kira berbunyi : “Anda (perwakilan PT. Pertamina) tidak berada pada LEVEL-nya untuk mengeluarkan surat (pernyataan) seperti itu”. Astaghfirullah, pernyataan seperti itu keluar dari mulut seorang anggota Dewan yang katanya TERHORMAT!!!

Saya jadi bertanya dalam hati apakah level seorang manusia berbeda dengan manusia yang lain? Apakah sebuah profesi bisa otomatis menempatkan manusia pada derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia lain? Sungguh menyedihkan kalau seorang anggota dewan mempunyai pikiran dan sikap seperti itu.

Saya berpikir, apakah sekarang ternyata sudah muncul fir’aun – fir’aun model baru yang merasa diri lebih segala – galanya dibandingkan dengan orang lain? Kalau zaman Rasulullah MUSA dulu, fir’aun menjadi GILA karena jabatan sebagai raja, fir’aun zaman modern di negara ini ternyata muncul dan menjadi gila karena jabatan sebagai anggota dewan yang terhormat...... Semoga Engkau segera menyadarkan saudara – saudara hamba tersebut Ya ALLAH!!!

Sesungguhnya, kalau mereka menyadari bahwa jabatan sebagai anggota dewan perwakilan rakyat adalah jabatan yang hanya menjadi wakil dari rakyat. Siapa rakyat? Rakyat adalah seluruh penduduk negeri ini, mereka yang bekerja sebagai SATPAM, buruh, pembantu rumah tangga, pemulung, bahkan mereka yang mati karena kelaparan adalah rakyat, dan anggota dewan perwakilan rakyat adalah wakil dari satpam, buruh, dan beragam manusia yang mempunyai beragam profesi yang lain. Anggota DPR adalah wakilnya SATPAM, wakilnya BURUH, wakilnya PEMBANTU RUMAH TANGGA, dan seterusnya.

Profesi hanyalah sarana untuk mengais rejeki Allah, jadi semoga saja hamba, keluarga hamba, seluruh anak keturunan hamba dan semua saudara – saudara hamba tidak menjadi Fir’aun karenanya.

Dan kalau saja mereka menyadari bahwa mereka juga manusia (bukan TUHAN) dan sebagai manusia pasti pernah berbuat salah, seyogyanya mereka (meminjam istilah DR. Jangkung) memperbesar “gentong” –nya atau membuka tutup “gelasnya” agar bisa lapang dada dan lapang pikiran dalam menerima pendapat orang lain dan tidak merasa diri yang paling hebat, paling pintar dan paling berkuasa sehingga “orang biasa” seperti Manajemen PT. Pertamina tidak berada pada “level” yang sama untuk memberikan pendapat dan memberikan kritik.

Jadi kepada saudara – saudaraku yang menjadi wakilku di sana, di gedung parlemen.... janganlah menutup diri terhadap saran dan kritik orang lain, karena anda juga adalah manusia yang pasti tidak bisa lepas dari khilaf. Sadarlah bahwa jabatan anda hanya sementara dan tidak kekal.

Menjadi apapun kita, seperti apapun kita, yang pasti hidup kita harus bisa membawa manfaat bagi sekitar kita, menjadi “rahmatan lil ‘alamin”. Jangan sampai menjadi orang yang tidak berguna dalam hidup sendiri, kehidupan orang lain dan kehidupan alam semesta.

Senin, 16 Februari 2009

Be A Learner

Hidup adalah menghadapi dan menyelesaikan setumpuk masalah yang tidak akan pernah berkurang, bahkan pasti akan bertambah seiring dengan pertambahan usia dan kedewasaan manusia. Untuk bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah tidak ada jalan lain selain menjadi PEMBELAJAR. Bagaimana bisa menjadi seorang pembelajar yang baik, saya mendapatkan 3 hal yaitu :
• Mampu membuang latar belakang kehidupan saat ini (status, latar belakang
pendidikan, dll) serta belajar dengan sungguh – sungguh.
o Hal ini dimaksudkan agar manusia bisa seperti gelas yang kosong dan terbuka,
yang siap diisi. Bisa menerima pelajaran tentang hidup dengan dengan hati dan
pikiran terbuka. Bukan seperti gelas penuh yang sudah tertutup, sehingga tidak
akan bisa menerima “isi” selain yang sudah ada didalamnya.
• Concern pada What’s wrong? dan bukan pada who’s wrong?
o Dengan concern pada apa yang salah dan bukan siapa yang salah, kita akan bisa
melihat permasalahan dengan jernih. Bila sudah bisa melihat permasalahan dengan
jernih, tentunya kita akan bisa menemukan apa dan dimana sumber masalah
tersebut, sehingga kita akan bisa merumuskan bagaimana caranya untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Kalau kita hanya concern pada siapa yang salah,
kita hanya akan berusaha mencari kambing hitam dalam setiap permasalahan, dan
bukan menyelesaikan permasalahan yang ada.
• Selalu belajar dan tahu apa yang harus dikerjakan dalam hidup
o Dengan kemauan selalu belajar, kita akan bisa mencapai kemajuan setiap waktu.
Tidak hanya belajar dalam pendidikan formal saja, tetapi kehidupan yang ada di
sekitar kita adalah pelajaran berharga. Bahkan lebih bermakna dan tidak bisa
kita dapatkan dari pelajaran formal. Pelajaran yang bisa mencerahkan pikiran
kita. Untuk itu, kita perlu merenung tentang apa yang sudah kita lakukan, apa
yang sedang kita hadapi, dan apa yang akan terjadi.

Jadi.... mari bersama - sama menjadi pembelajar OK